minggu
pagi yang cerah, hening, sejuk. burung-burung merpati berterbangan dan
hinggap di tiang listrik. terlihat indah. namun jika tidak hati-hati,
bersiaplah mendapati cairan kental berwarna putih hinggap di kepala
kalian. namun keheningan pagi itu lenyap seketika gara-gara penghuni
sebuah rumah kecil di pojok gang sempit. "ucoooooookkk dimana kau cok???
UCOOOOOOOKKKK!!!!!" terdengar jeritan dengan logat batak yang kental
dari dapur. sebuah jeritan yang mampu membuat burung-burung merpati yang
lagi adem ayem di tiang listrik langsung terbang menjauh menyelamatkan
indra pendengar mereka. karena tak mendengar jawaban apapun, Mak pun
semakin menjadi-jadi memanggil anak semata wayangnya itu
"UUUUUCCCCOOOOOOOKKKKKK!!!!!!!"
"iyaaaaaaaaa.
ya Allah mak! nggak tinggal di hutan kita mak! biasa ajalah manggil
aku!" jawab ucok datang dengan mengelus-elus telinganya.
"kau
pun ku panggil-panggil tak menyaut dari tadi. pigi kau dulu ke warung
depan. beli dulu cabe. rasa mamak kurang la ini cabe kita. bapak kau kan
nggak bisa dia makan kalo nggak pedas!"
"alaaaaahhh.... ck!" ucok menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, menunjukkan kalau dia sebenarnya malas.
"halah! cepat kau pigi! ambil duitnya di kamar mamak. ambil enam ribu ya!"
"hmm!!"
dengan langkah malas, ucok berjalan menuju kamar orang tuanya. disana,
ia menemukan uang receh dan beberapa uang kertas berjumlah kecil
terletak di atas meja rias. Mak biasa melakukan seperti itu, agar mudah
jika suatu saat memerlukan uang kecil mendadak. ketika ucok menghitung
jumlah uang sesuai dengan perintah Maknya, tiba-tiba pandangannya
tertuju pada sebuah kotak. "kotak apaan nih? perasaan nggak pernah pulak
ku liat kotak ini sebelumnya lah". rasa ingin tahu ucok pun tak dapat
lagi terbendung. ucok memberanikan diri membuka kotak tersebut. betapa
terkejutnya ucok melihat kotak itu berisi banyak uang seratus ribuan dan
lima puluh ribuan. ucok tidak melihat bahwa di depan kotak itu tertulis
"UNTUK ANAK YATIM"
"AIMAK! banyak kali ni duit?! knp pulak mamak nyimpen duit sebanyak ini" kata
ucok sambil menghitung-hitung jumlah uangnya. tiba-tiba saja, rayuan
setan itu pun datang. bagaikan dalam sebuah komik yang menggambarkan
tokohnya, dimana di sebelah kanan sang tokoh terdapat malaikat dan di
sebelah kirinya terdapat setan. pikiran jahat ucok mengatakan untuk
mengambil uang tersebut. "alaaaahhh.. ambil sajalah satu cok. mana lah
sadar mamak kau kalo cuma selembar!" kata banyangan ucok di sebelah
kiri.
"nggak
boleh cok! mau selembar, dua lembar, berapa pun yang kau ambil tetap
saja dosa cok! dosaaaa!" sahut bayangan ucok dari sebelah kanan.
"ck! alah laaahhh... takut kau sama dosa? solat shubuh aja nggak kau tadi! cuma selembarnya cok! mana sadar sadar mamak kau!"
beginilah
ketika iman kita tidak kuat. akhirnya nafsu pun mengalahkan akal
pikiran. ucok mengambil selembar uang lima puluh ribu dan menyelipkannya
ke dalam kantongnya "bisa main dragon nest sampe puas nih!". ia pun
pergi ke warung untuk membeli cabe.
keesokan
harinya, ketika ucok hendak berangkat ke sekolah, ia kehilangan sisir.
padahal rambutnya sudah berantakan tidak karuan. "Maaaakkk.. sisir
mana?!" jeritnya. "Cak kau liat di meja rias mamak!" jawab maknya. ucok
pun pergi mencari benda yang akan menyelamatkan ketampanannya. ketika
mulai menyisir rambutnya di depan cermin, lagi-lagi pandangannya beralih
ke kotak kemarin dan lagi-lagi nafsunya mengalahkan akal sehatnya yang melarangnya untuk mengambil uang itu. jadi lah ia mengambil 2 lembar uang seratus ribuan.
matahari
pun berganti menjadi bulan. mamak saat itu sedang menyisir rambutnya
dan memasukkan 2 lembar uang seratus ribu. ntah kenapa terbersit di
pikirannya untuk menghitung jumlah uang yang telah di tabung sedikit
demi sedikit itu. "hmm.. kemarin udah 500 ribu. kuambah 200 ribu. bapak
tadi pagi bilang dia nabung 100 ribu. beratii.. alhamdulillah 800 ribu."
kata Mak sambil membuka kotak dan mulai menghitung jumlah uang. "1, 2,
3, 4, .....eh, loh? loh? kok?" Mak mulai menghitung kembali. tapi
jumlahnya tetap sama, hanya 550 ribu yang ada di dalamnya. "Paaaaakk oo
pak! sinilah dulu!"
"ada apa mak?" tanya lembut,
"ini pak, duit untuk anak yatim yang kita tabung. ada bapak pake?" tanya Mak.
"ha?
nggak mak. manalah pulak bapak pake duitnya." jawab bapak. tiba-tiba
Mak teringat ucok. Mak langsung menggelengkan kepalanya berusaha
menghapuskan pikirannya itu. tapi.... siapa lagi orang di rumah itu
selain mereka bertiga? dan lagi... kemarin itu... mamak pun menggelengkan kepalanya lagi insting seorang ibu tidak mungkin salah. Mak
hampir menangis membayangkan kalau memang ucoklah yang melakukannya.
"cok! sinilah dulu mang(sebutan sayang orang tua kepada anak dalam adat batak)" Mak memanggil ucok lembut. ucok pun segera datang begitu mendengar mamak memanggilnya dengan 'mang'. "begini
mang, di meja rias mamak kan ada kotak. kotak itu isinya duit, duit
untuk anak yatim. adakah kau ambil itu sayang?" tanya mamak
DEG!
jantung ucok seketika berdetak lebih kencang dari biasanya. tangannya basah olrh keringat
dingin. muncullah lagi dua bayangan ucok di sebelah kanan dan kirinya.
"kan cok? inilah akibatnya. sekarang, jujur sajalah kau cok. bilang apa
adanya sama orang tua kau. itu lebih baik dari pada kau berbohong."
kata bayangan ucok yang ada di sebelah kanannya.
"eleh.... mana tau-tau mak kau, kau bohong atau jujur. dari pada kau ketauan ngambil duit itu?! bohong dikit nggak apa lah itu"
"ng.. nggak mak. ucok nggak ada ambil" jawab ucok bohong.
"cok, coba ingat-ingat lagi. ucok yakin emang nggak ada ambil? ini duit untuk anak yatim sayang" kata mamak dengan suara parau menahan tangis.
"cok, jujur kau cok! di rumah ini cuma ketiga bertiganya cok!" bapak mulai angkat suara.
"tapi ucok..." suara ucok terhenti. ntah kenapa ia tidak bisa melanjutkan perkataannya. ucok terdiam beberapa saat. kepala menunduk tak berani menatap wajah kedua orang tuanya. tangis mamaknya pun pecah. kepercayaannya dibalas dengan kekecewaan. bapak mengepal tangannya menahan emosi. melihat bapak seperti itu, mamak langsung merangkul tangan bapak. berusaha meredam emosinya.
"cok, taunya kau cok ini duit untuk anak yatim?! TAU KAU COK??!" bentak bapaknya.
wajah ucok menjadi pucat, "ng.. nggak tau pak. ucok nggak liat di kotak tu ada tulisannya. jawab ucok kali ini jujur. namun karena kebohongannya yang pertama tadi, membuat orang tuanya sulit untuk mempercayai perkataan ucok tersebut. mereka hanya diam, tidak menjawab. melihat rekasi kedua orang tuanya, ucok berusaha meyakinkan orang tuanya kembali, "bener mak! ucok nggak bohong. ucok nggak tau pak!"
"sudah lah cok. mamak kecewa kali sama kau. kenapa lah kau bohong sama mak bapak mu! mamak nggak pernah ngajarin kau bohong cok!" jawab mamaknya sambil pergi ke kamarnya.
"bapak juga kecewa sama kau cok!" bapak pun mengikuti mak dan merangkulnya. tinggalah ucok sendiri terdiam, menunduk, menangis, menyesali apa yang telah ia perbuat.
"ng.. nggak mak. ucok nggak ada ambil" jawab ucok bohong.
"cok, coba ingat-ingat lagi. ucok yakin emang nggak ada ambil? ini duit untuk anak yatim sayang" kata mamak dengan suara parau menahan tangis.
"cok, jujur kau cok! di rumah ini cuma ketiga bertiganya cok!" bapak mulai angkat suara.
"tapi ucok..." suara ucok terhenti. ntah kenapa ia tidak bisa melanjutkan perkataannya. ucok terdiam beberapa saat. kepala menunduk tak berani menatap wajah kedua orang tuanya. tangis mamaknya pun pecah. kepercayaannya dibalas dengan kekecewaan. bapak mengepal tangannya menahan emosi. melihat bapak seperti itu, mamak langsung merangkul tangan bapak. berusaha meredam emosinya.
"cok, taunya kau cok ini duit untuk anak yatim?! TAU KAU COK??!" bentak bapaknya.
wajah ucok menjadi pucat, "ng.. nggak tau pak. ucok nggak liat di kotak tu ada tulisannya. jawab ucok kali ini jujur. namun karena kebohongannya yang pertama tadi, membuat orang tuanya sulit untuk mempercayai perkataan ucok tersebut. mereka hanya diam, tidak menjawab. melihat rekasi kedua orang tuanya, ucok berusaha meyakinkan orang tuanya kembali, "bener mak! ucok nggak bohong. ucok nggak tau pak!"
"sudah lah cok. mamak kecewa kali sama kau. kenapa lah kau bohong sama mak bapak mu! mamak nggak pernah ngajarin kau bohong cok!" jawab mamaknya sambil pergi ke kamarnya.
"bapak juga kecewa sama kau cok!" bapak pun mengikuti mak dan merangkulnya. tinggalah ucok sendiri terdiam, menunduk, menangis, menyesali apa yang telah ia perbuat.
***
beginilah ketika kejujuran itu tidak ada di dalam diri kita. ketika iman kita tidak kuat menahan godaan setan hingga harus melupakan kejujuran yang sebenarnya amat di junjung tinggi dalam agama maupun kehidupan bermasyarakat..
jujur, terdengar mudah. tapi banyak orang beranggapan itu sulit. mereka yang beranggapan itu sulit karena mereka sudah terbiasa tidak jujur dalam kehidupan mereka. karena banyak yang beranggapan jujur ini sulitlah, maka saat ini sulit pula menemukan orang jujur.
koruptor, pencuri, dan lain-lain, mereka sudah kehilangan kejujuran itu sendiri dalam hati mereka. sehingga mereka mampu melakukan hal keji itu.
bahkan, di balik buku pelajaran sekolah aja ada slogan yang mengajak untuk berbuat jujur. itu menandakan bahwa kejujuran itu sangat penting dalam kehidupan. berikut ni foto sampul belakang buku pelajaranku.
cover buku fisika |
teman, ketika kita melaksanakan kehidupan ini dengan jujur, pasti hidup kita damai dan tentram tidak di hantui oleh ketakukan akan kebohongannya. ketahuan nggak ya? nggak dia nggak bakal tahu! kita akan selalu dihantui pikiran itu. tidak mungkin kan, hidup kita bisa tentram. aman, damai kalau adaaaaa saja yang kita pikirkan. ye nggak?
so, kalau mau hidup adem ayem, yuk kita jujur dalam hidup ini! :)
sekian
so, kalau mau hidup adem ayem, yuk kita jujur dalam hidup ini! :)
sekian
Asik nih, cerpennya keren. Pesan dapet, padat!!
BalasHapusnice
Salam Solid
sankyuu kak
Hapusand salam solid :Db
waaaahh pake cerita.. baguuuuus zha :)
BalasHapuspenyampaian pake cerpen, i like it..
ayooo ayooo biar idup tenang, terus berusaha jujur walau pahit.
semangaaaaaaaaaaaaat :)
arigatou kak elyna :3
Hapus