Minggu, 21 September 2014

SNMPTN Bukan Segalanya!

Well, berhubung aku sudah cukup kuat untuk menuliskan ini. Sekedar berbagi pengalaman. Semoga berguna buat adik-adik kelas 12 yang lagi galau milih jurusan untuk undangan, lagi berjuang mati-matian ngebagusin nilai semester 5, dan lagi berjuang untuk UN juga. Cerita ini berdasarkan pengalaman pribadiku.

melihat kata SNMPTN semua pasti sudah pada tahu. Salah satu kebijakan pemerintah mengenai jalur masuk universitas negeri di Indonesia. Jalur bebas ujian tulis dengan mengandalkan nilai rapor dari semester satu sampai semester lima. Jalur ini terbuka untuk semua murid SMA di Indonesia yang sekolahnya sudah terdaftar di pangkalan data. Siapa yang nggak pengen lulus jalur ini coba?! Tanpa testing broooo!!

sebagai mantan murid SMA, aku juga ikut jalur ini. Matian-matian belajar demi nilai rapor yang bagus. Ikut bimbingan belajar dan pulang sore. Sampai rumah malam. Saat ujian semester nggak ada kata berhenti. Bahkan tanpa sadar saat aku belajar di tengah malam, kedengaran suara mengaji dari masjid. Sudah mau shubuh. Semua itu demi harapan supaya lulus jalur SNMPTN. Terobsesi? Mungkin. Tapi siapa yang mau menyia-siakan kesempatan emas ini?!

Langsung ke cerita.

Mungkin kalau mendengar cita-citaku semua pada berpikir, "ah.. standar. Cita-cita anak-anak dari dulu" , "ah.. biasa aja" , "udah banyak loo jadi itu". Well, udah pada tau kan? Ya. Aku mau jadi DOKTER. Cita-cita yang mungkin orang udah bosen dengernya. Bahkan dari survei yang aku lakukan sendiri, setiap aku menjawab pertanyaan mereka
"mau ambil apa?"
"Kedokteran"
"... oh..."

Begitulah yang sering terjadi. Hampir rata-rata orang yang bertanya kepadaku hanya memberi respon begitu. Namun itu tidak membuatku putus asa. Aku sudah melewati segala kebingungan, galau, yakinkah aku mau jadi DOKTER? Ya.  Aku pernah merasakan itu. Dan ntah kenapa di penghujung hayatku di SMA, hatiku mantap mengambil kedokteran. Ntah datang dari mana segala keyakinan itu. Apalagi orang tuaku mendukung. Itu membuat membuat tekadku semakin bulat! Apalagi di kelasku, hanya aku yang berminta mengambil kedoteran! Memang, saat semester 2 nilaiku sempat 'terjun payung'. Ahahaha (-_-) dan saat itu aku masih belum mantap dengan masa depanku. Yahh.. masih santai banget belajarnya. Saat semester akhir, aku sadar hal itu akan jadi lubang besar yang menghalangi langkahku. Memang, semester 3 dan selanjutnya nilaiku  terus membaik. Sangat membaik malah (karena aku sendiri juga kaget dan tidak percaya -_-)v ). Orang tua ingin aku ambil di USU. Tapi... USU? Kedokteran? Well, kalau kalian anak Sumatera Utara pasti paham apa yang kumaksudkan. Aku pun mulai mencari-cari universitas lain yang mempunyai fakultas kedokteran yang lumayan bagus. Aku tidak bermimpi untuk memilih UI, UGM, UNPAD, dan universitas-universitas luar biasa lainnya. Aku sadar kemampuanku. Berulang kali konseling dengan guru BK-ku: Pak Asrul (Maaf ya pak, bawa-bawa nama bapak dalam postingan ini), wali kelas, dan guru-guru yang aku anggap paling bijaksana. Semua setuju aku memilih di luar. Belajar mandiri.

Tapi... sebaik-baiknya orang tua menutupi kecemasannya, kita pasti sadar kan? Ya, aku sadar. Aku tau. Walaupun orang tuaku mengizinkanku kuliah di luar, mereka lebih berharap aku tetap dengan mereka. Apalagi aku anak tunggal. Perempuan pula.

Mengakhiri kegalauan, akhirnya dengan mantap aku mengisi (lebih tepatnya diisi oleh guru) pilihan jurusan,
1. Pendidikan Dokter - USU
2. Pendidikan Dokter - Unsyiah
Yap! Finalisasi. Mari berdoa semoga lulus. Begitulah tata cara SNMPTN a.k.a jalur undangan sekarang ini. Kalau rapor sudah dimasukkan pihak sekolah, saat tanggal pendaftaran tinggal daftar, isi biodata, pilih jurusan, finalisasi. Fix deh! Mari berdoa~

Selanjutnya, mulailah marathon ujian. UAS, UAM BN (Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional. berhubung aku dari MAN), sampai UN. Alhamdulillah semua terlewati dengan lancar. Walau terjadi insiden  saat UN (baca di sini). Tapat saat hari ketiga UN, orang tuaku dihubungi oleh Pak Asrul, yang bertugas mengurus masalah SNMPTN. Aku diminta pihak USU untuk memberikan hardcopy semua sertifikatku, KTP orang tua, kartu keluarga, dan ntah apalagi aku sudah lupa. Semua berkas itu harus diberikan hari itu juga sebelum jam 1 siang. Orang tuaku langsung membawa semua berkas-berkas itu. Guruku pun langsung berangkat ke USU. Dan aku mengetahui itu semua ketika sudah di rumah. See? Siapa yang nggak kege-eran coba?

Sebelumnnya, Pak Asrul menawarkanku untuk mengikuti jalur SNM-PTAIN. Jalur undangan untuk perguruangan tinggi agama islam. Mengingat UIN-Syarif Hidayatullah di Jakarta juga punya Fakultas Kedokteran dan sudah diakui bagus. Namun karena USU sudah meminta berkas-berkasku, saat mau mendaftar SNM-PTAIN, Pak Asrul menyuruhku untuk istiqamah saja. Apalagi untuk jalur ini, hanya dua kursi yang tersedia untuk FK. dan tidak seperti SNMPTN yang bisa mengisi satu prodi saja, kita harus mengisi keempat prodi yang ada. Kalau lulus yang lain, nggak diambil, sekolah di blacklist. Fine, adik-adik tahun depan nggak bisa daftar lagi di prodi yang sama. Hufff... Akhirnya aku memutuskan untuk tidak mengambil jalur ini.

Pengumuman UN tanggal 20 Mei 2014. Alhamdulillah MAN 1 Medan lulus 100%. Jantungku agak bisa berdenyut lega. Dan... tanggal 27 Mei, seminggu setelah pengumuman UN, adalah pengumuman SNMPTN. dag dig dug serr.. aku mengisi data seperti nama dan tanggal lahir. Dengan bismillah aku klik ENTER. And then... kotak berwarna merah muncul di layar laptopku bertuliskan, "Anda dinyatakan GAGAL dalam seleksi SNMPTN 2014" Aku terdiam beberapa saat. Diam dengan air mata yang mengalir tanpa ku sadari. Bunda yang saat itu bersamaku memelukku. Aku cuma bisa diam dalam tangisan. nggak tau mau ngomong apa. Ini berarti aku harus menghadapi SBMPTN?! Sanggup kah aku?!

Notification Facebook, mention Twitter, dering handphone pertanda ada SMS masuk silih berganti merecoki aku yang sedang terpuruk. Melihat Facebook dan Twitter berisi kegembiraan mereka-mereka yang lulus, ingin sekali rasanya aku melempar laptopku jauh-jauh. Tapi ku urungkan niatku. Mengingat ini satu-satunya laptop yang kumiliki dan dia tidak bersalah. Dengan sedikit kesal, aku log out seluruh social media yang sempat kubuka sambil menunggu pengumuman tadi. Handphone tetap kubiarkan menyala walau dengan paket data yang aku matikan. Dari semua SMS yang masuk, hanya satu SMS yang mau aku balas. SMS salah satu sahabat. Dia lulus Ilmu Komputer USU dan aku ikut senang mengetahuinya. Tidak puas via SMS, pembicaraan kami berlanjut via telepon. Segalanya aku tumpahkan saat itu. Tangisan, emosi, kesal, mereka lulus, kenapa aku nggak?! Anak kelas sebelah 3 orang lulus FK?! kelas kami cuma satu. Cuma aku. Nggak lulus?! Salahku apa?! Lagi seru-serunya curhat, tiba-tiba ada telepon lain yang masuk. Pak Asrul. EHHHH?? PAK ASRUL NELPON AKUUU?? buru-buru aku minta Nadia untuk menunggu. Aku perbaiki suara agar tidak terdengar serak (berhubung baru nangis).

Pak Asrul : "Assalamu'alaikum, Fadhila"
Aku : "Wa'alaikumsalam, pak"
Pak Asrul : "Udah lihat pengumumannya?"
Aku : "Iya. Sudah, pak"
Pak Asrul : "... yang sabar ya Fadhila. Masih ada jalur tulis kok. Bapak yakin Fadhila kuat"
betapa terharunya aku. Bapak ini telah banyak sekali membantuku. Berulang kali aku konsultasi karena bingung mau ambil USU atau nggak. Bapak ini rela ngebut ngejar waktu ke USU untuk ngantar berkasku kemarin.
Aku : " ehe.. iya pak"
Pak Asrul : "iya, Fadhila kuat kok pasti. Masih banyak lagi jalur untuk masuk ke sana. Fadhila pasti bisa"
Aku : "Iya pak. Mohon doanya, pak"

Dan berlanjut hingga Pak Asrul mengucap salam, menutup telepon. Ternyata tanpa sepengetahuanku, Pak Asrul juga menelepon Bunda. Mengatakan bahwa dia belum bisa ikhlas aku nggak lulus. Ya ampun, Pak... Betapa terharunya diriku sampai guru pun tidak rela? Bunda bercerita tentang ini seminggu setelah pengumuman. Aku menyimpan SMS terakhir Nadia malam itu sebelum kami tidur



Well, apa cerita berakhir di sini? Tidak! SBMPTN, UM-UGM, UM-PTAIN, UMB semua jalur itu aku ikuti. Aku sampai ke Jogja demi ikut UM-UGM. Tidak ketinggalan Seleksi Kedokteran UMSU. Ya. Aku juga mendaftar di swasta. See? selain SNMPTN, masih banyak jalur-jalur lain untuk masuk PTN.

Pengalaman SBMPTN itu benar-benar dahsyat, kawan! Untuk SBMPTN, aku tidak lagi memilih USU. Aku membuat pilihan pertama di Unsyiah. Belajar gila-gilaan, diskusi sama tentor, gelisah beberapa hari sebelum ujian. Aahh.. pengalaman berharga yang tak terlupakan. Pengalaman yang nggak akan didapat kalau aku lulus undangan. Merasakan perjuangan demi masuk PTN!


So, buat adik-adik yang lagi galau nih, bukannya aku ngedoain kalian nggak lulus SNMPTN ya. Tapi, siapkan diri mulai dari sekarang. Banyak-banyak bahas soal. Jangan terlena dengan iming-iming bakal lulus SNMPTN. "Ah, kakak kelasku udah ada kok yang lulus di sana. Bisalah aku masuk itu" Jangan sempat terpikir dibenak kalian seperti itu. Siapkan diri untuk SBMPTN mulai dari sekarang! Jadi kalau memang misalnya nggak rezekinya di SNMPTN, kalian sudah punya bekal untuk SBMPTN. Nggak perlu depresi seperti aku gegara nggak lulus SNMPTN. hahaha (-_-) Nggak lulus SBMPTN? Tenang, masih banyak jalur lain yang bisa diikutin.

SEMANGAT! INI MIMPIKU! DAN AKU AKAN MENCAPAINYA!

Lalu, dimana aku lulus? sekian banyak aku mengikuti jalur ujian, apa yang terjadi dengan nasibku?

buat spoiler aja... sekarang aku kuliah di Pendidikan Kimia-Unimed. Hey! Aku masih belum nyerah untuk menjadi DOKTER. hohohoho...

Mau tau gimana serunya kisah Si Gadis Mengejar Mimpi ini?(ceilah) Bagaimana perjalanannya saat menjalani segala ujian itu. See you in the next posting

Tidak ada komentar:

Posting Komentar