Selasa, 18 Juni 2013

Takkan Berakhir Jika Tak Ada yang Memulai

Dan dugaanku selama ini tepat. Firasat burukku akan adanya kesenjangan ini, semua pernyataan yang selama ini berusaha kubantah ternyata memang tidak bisa dielakkan. Sudah ntah berapa lama kita tak saling memberi kabar. Ujian telah usai dan kau juga tak kunjung memberi kabar. Tidak seperti biasanya. Jika aku mengingat kenangan-kenangan akan kebersamaan dulu, hal yang seperti ini tak pernah terjadi. Bahkan saat ujian pun, kau pasti akan mengirimku sebuah pesan yang berisi keluhanmu betapa sulitnya ujian yang kau hadapi. Memang terkadang mengganggu, tapi.. aku senang akan itu.

Namun kali ini tidak lagi. Tak satu pun diantara kita yang memulai untuk memberi kabar. Aku dengan keegoisan dan segala gengsi yang kumiliki membuatku enggan untuk memulai. Aku tahu ini buruk. Tapi ntah kenapa aku berpikir, kau takkan mengusik pesan dariku walaupun aku mengirimnya ratusan kali. Ntah ini benar atau ini semua hanya khayalan konyolku semata.

Dan sekarang, di hadapanku, aku melihat namamu ada di daftar chat Facebookku. Namun apa? Tak satupun dari kita yang menyapa. Tidak kau, tidak juga diriku.

Aku heran akan diriku sendiri. Mengapa akhir-akhir ini aku jadi sering memikirkanmu? Ingin sekali aku bertanya kepada sahabat-sahabatku apa maknanya ini. Namun apa daya, aku terlalu malu dan keinginanku untuk memendamnya sendiri lebih kuat dari pada keinginanku untuk bertanya. Walaupun itu akan menyakiti diriku sendiri. Bodoh sekali bukan? Ini tidak seperti aku yang biasanya. Tahukah kau, tak satupun kejadian yang tak kuceritakan kepada sahabat-sahabatku. Setiap ada masalah, aku selalu bertanya kepada mereka akan solusi apa yang bisa kudapat. Dan aku selalu merasa lega setelah menumpahkannya kepada mereka. Namun.... tidak untuk kali ini. Bahkan sahabat-sahabatku bertanya mengapa aku sudah jarang bercerita tentang'mu'. Haha.. Lucu sekali bukan?

Saat itulah aku menceritakan semuanya. Baik, kuralat. Semuanya, kecuali perasaanku. Mungkin mereka sadar akan keanehanku. Mengingat perkataan, lebih tepatnya sindiran mereka yang langsung menusuk hatiku. Bagai tertusuk sebilah pisau tajam yang baru saja diasah (maaf, kali ini saya sedikit lebay -_-). Aku hanya bisa tertawa getir dan mengatakan yang sebenarnya. Oke, oke.. tidak semuanya benar. Aku mengatakan aku hanya tidak suka kesenjangan. Hanya itu yang bisa kukatakan. Maafkan aku teman, aku belum bisa berkata yang se-BENAR-nya.

Aku tahu kesenjangan ini takkan berakhir sebelum salah satu diantara kita mulai berbicara. Aku sangat tahu itu. Tapi bagaimana aku mengatakannya?

"Hei.. tahukah kau, persahabatan kita merenggang sejak kau pacaran dengannya? Dan aku tak suka ini!!"

Hahaha... Keberanian dari mana bisa aku dapatkan untuk mengatakan dua kalimat itu? Ini bukanlah yang pertama kali aku katakan. Tapi memang inilah yang menjadi permasalahannya. Aku hanya ingin kita kembali seperti dulu. Mendengarkan keluhan-keluhanmu, tertawa akan candaanmu yang terkadang tidak lucu, dan... aku ingin es krim MINT. Mungkin yang terakhir sedikit aneh.. tapi.. tragedi es krim mint itu memang takkan pernah terlupakan.

Aku tahu... semua itu takkan kembali. Kesenjangan ini... Takkan Berakhir Jika Tak Ada yang Memulai... Untuk Berbicara

Adios~

2 komentar:

  1. wah baca cerita kakak aku malah dapat inspirasi untuk nulis ._.b #inimaksudnyaapacoba

    yang sabar ya kak, memang jadi sahabat itu rada pait. tapi pahalanya guede kan?

    kakak suka jepang2 ya? sama dong, terutama vocaloid :D #Mulairandom

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahaha.. bener bener.. sankyuu :)

      serius!OAO
      kamu suka siapa di vocaloid?X3

      Hapus