Minggu, 18 Mei 2014

Curahan Hati Anak Kelas 12 SMA

Kejadian  tadi malam...

lagi asyik-asyiknya tidur, tiba-tiba Bunda datang ke kamar..
Bunda : "Cha! Cha! Bangun lihat tv tuh. Keren. Ada anak ngirim surat ke mendikbud tentang UN!"
Aku : "ngh.. hmm.."
Bunda : "Cepet! Dia nantang menteri ngerjain soal UN!
Aku  : "hmm.."
dan akhirnya Bunda menyerah. Maaf Bunda. sebenernya cha sadar. Denger apa yang Bunda bilang. Tapi ntah kenapa ni badan tadi malam nggak bisa diajak kompromi. Berat banget buat digerakin (-_-).

Maaf ya kak, fotonya dilampirkan (>.<)
Karena inget apa yang Bunda bilang tadi malam, aku langsung cari-cari info di internet. Hingga akhirnya aku tahu cerita sebenarnya dan menemukan surat yang dimaksud. Surat tersebut ada curahan hati seorang anak kelas 12 SMA yang baru menghadapi ujian nasional. Anak tersebut bernama Nurmilaty Abadiah, dari sekolah SMA Khadijah Surabaya. Dia menulis sebuah note di facebook yang berisi curahan hatinya. Dan tanpa dia duga, tulisannya tersebut berhasil menarik banyak perhatian dan sampai kepada Pak menteri pendidikan. Betapa terharunya diriku membaca surat itu sampai aku ingin menangis. Jujur aja, air mataku sudah hampir netes waktu membaca suratnya. Akhirnya! Akhirnya apa yang aku rasakan, apa yang kami rasakan tersampaikan! Surat itu berjudul, "Dilematikan UNAS: Saat Nilai Salah Berbicara".


klik untuk melihat surat aslinya
Nurmilaty bukan sekedar murid biasa. Dia benar-benar seorang murid berprestasi. Dia juga sering mengikuti kompetisi matematika hingga beberapa kali memenangi olimpiade bidang itu. Salah satunya, dia menyabet medali perak dalam International Competition and Assessments for Schools 2012 yang diadakan Educational Assessment Australia (EAA). Dan dia merasa bahwa soal Matematika tahun ini sulit. Lah, lantas bagaimana kami yang murid biasa?!!

Selama ini aku mengira hanya aku yang merasa kalau soal UN tahun ini kelewat sulit. BEDA SEKALI dengan soal-soal yang selama ini diberikan oleh pihak sekolahku dan bimbingan-bimbingan sebagai latihan. Seperti yang sudah aku katakan di postingan sebelumnya bahwa demi UN ini jadwal keseharianku hanya seputar Rumah-Sekolah-Tempat Les. Bayangkan betapa sakit hatinya kami anak-anak kelas 12 SMA yang telah belajar mati-matian, pertumpahan keringat, air mata, darah, dan air liur hanya bisa terdiam melihat soal-soal yang tidak pernah kami lihat sebelumnya.

yang membuat aku makin terharu dan merinding adalah apa yang ia sampaikan benar-benar sama dengan isi hatiku. Aaaahh.. rasanya senaaaaanggg sekali. Jujur saja, aku juga sempat menangis usai UN karena soalnya yang begitu sulit. Salah satu temanku penasaran dengan keanehan sulitnya soal UN tahun ini mulai mencari-cari informasi. Ternyata dikatakan bahwa standard ujian nasional kali ini bertaraf internasional. Soal-soal tahun ini diambil dari PISA (Programme for International Student Assessment). Bahkan guru-guru kami saja belum tahu hal ini sebelum UN terlaksana. Karena memang Bapak Menteri baru menyampaikan hal ini setelah UN. Dan kami, murid-murid hanya bisa berpasrah kepada nasib.

Baik, lupakan akan nasib kami, anak-anak yang tinggal di kota besar, yang mendapat segala fasilitis yang dibutuhkan. Bagaimana dengan siswa-siswa dipedalaman sana?! Ini yang dikatakan orang tuaku ketika aku mengadu betapa sulitnya soal UN. Betapa kejamnya pemerintah. Kenapa harus di tahun Echaaaa?? TIGA tahun belajar dengan segala pengorbanan hanya ditentukan oleh TIGA HARI?! Tiga tahun itu sama dengan 1095 HARI lo!!


Bunda menenangkanku dengan berkata,

"Bukan Echa aja yang merasakan, sayang. Seluruh anak-anak Indonesia kelas 12 yang ngerasakan. Kan bukan cuma Echa yang belajar 3 tahun. Echa nggak ngebayangin gimana anak-anak yang tinggalnya dipelosok sana? Jangankan mereka, guru-gurunya mungkin juga cuma bisa garuk-garuk kepala aja lihat soalnya. Setelah ini pasrah aja sama Allah, banyak-banyak berdoa"

Saat itu aku terdiam. Ingat di TV banyak yang untuk sekolah saja mereka harus melewati tali kecil untuk menyebrang sungai dan bertaruh nyawa. Hmm.. Gimanalah UN mereka.


Karena itu, betapa senangnya aku ketika melihat surat tersebut. Pak Menteri pun sudah membacanya. Walaupun dia menganggap itu bukan tulisan seorang anak SMA. Tapi setidaknya itu sudah menjadi bahan pikirannya. Bahkan di dalam surat itu, Nurmilaty menantang Pak Menteri untuk mengerjakan soal UN! AHHHH... benar-benar tersampaikan! TERSAMPAIKAN! Karena aku juga ingin sekali meminta kepada pemerintah yang mebuat kebijakan ini merasakan apa yang kami rasakan. Coba ingat, di tahun mereka, mana ada UN sebegini hebohnya. Jadi mungkin mereka tidak mengerti, hingga dengan yakinnya membuat kebijakan seperti ini. Padahal, pemerataan pendidikan saja belum terlaksana.

Aku sangat kagum. Aku yakin seluruh siswa Indonesia mendukung akan apa yang dilakukan oleh Numilaty. Bukan hanya siswa, guru, orang tua juga.

Semoga... semoga apa yah.. Hahaha. Aku sampai bingung mau bilang apalagi. Yah... aku hanya bisa berdoa dan berharap, semoga kami semua LULUS UN dengan nilai yang baik. Mengingat nilai UN tahun ini menjadi bahan pertimbangan universitas menerima calon mahasiswanya. Hufft..

Sekali lagi, mohon doanya akan kelulusan saya. Bukan. Akan kelulusan kami semua :)

Sekian. Adios~

sumber :
1. disini
2. disini lagi
3. disini ada lagi

1 komentar: