Sabtu, 15 Desember 2012

Just A Simple Short Story

ini dia cerpen pertamaku.. cerpen ini sejarahnya hanya sebuah tugas bahasa Indonesia biasa. hehe.. cuma aku seneng akhirnya bisa buat cerpen :3
sebelumnya aku mau bilang, ini cerpen terinspirasi dari komik hai Miiko ^^ biar ga dikira plagiat. aku harap bisa dinikmati ^^
happy reading!



***

 SENJA DI TAMAN BERMAIN HIROSHIMA
by : Fadhila Al'izza
 
Kururi merasa hari ini sangat panas. Mungkin hari terpanas yang pernah ia rasakan selama hidupnya. Mungkin ini sedikit berlebihan. Tapi hari itu memang salah satu hari terpanas yang pernah terjadi di kota Hiroshima. Tapi bukannya bersantai dengan AC di rumah, Kururi malah harus menemani adik dan kakaknya pergi ke taman bermain. Maklum saja, diantara mereka bertiga, hanya Kururi yang bisa mengemudi. Kakaknya jangankan mobil mengemudi sepeda motor saja dia tidak bisa. Sedangkan adiknya belum diizinkan oleh orang tuanya untuk membawa kendaraan.

Kururi baru pindah ke Hiroshima. Sebelumnya, ia tinggal bersama kakek dan neneknya di Indonesia. Maklum saja dia adalah blasteran Indonesia-Jepang. Ibunya asli orang Indonesia dan Ayahnya asli orang Jepang. Setahun yang lalu ayahnya dimutasikan ke jepang oleh kantornya. Ibunya pun ikut bersama Ayah. Namun Kururi saat itu sudah kelas 3 SMA sehingga ia harus menetap di Indonesia. Tetapi kakak dan adiknya ikut ke Jepang.

Kakak dan adiknya benar-benar lama bermain. Kururi sudah mulai bosan menemani mereka. Padahal bisa saja dia ikut dengan saudara-saudaranya itu. Tapi kalau panas begini….? OGAH! Batin Kururi. Dia heran dengan kakak dan adiknya, panas-panas begini malah mau pergi ke taman bermain. Mending ngadem di rumah sambil nonton TV. Kururi yang bosan dan duduk di salah satu bangku di sana dan menunggu saudara-saudaranya kembali. Dia pun memperbaiki topi SOX yang ia kenakan. Tiba-tiba bajunya di tarik dari samping kanannya. Ketika Kururi menoleh, ia menemukan anak kecil dengan baju yang sedikit kuno menurut Kururi. ”Onee-chaaaan1”. Glek! Anak siapa ini? Kururi celingukan mencari-cari mungkin ada orang tua yang akan menarik anak ini, atau apa sajalah. Tapi sayang tak ada satu pun yang memperhatikan mereka.

Kururi memperhatikan anak itu dalam-dalam. Baju anak ini aneh, pikirnya. “Maaf, adik siapa ya? Ada yang bisa nee-san bantu?” Tanya Kururi. Ya, apalagi yang bisa Kururi lakukan selain bertanya.

 “Onee-chan temenin Yumi ya” jawab anak itu. 

Yumi? Nama anak ini kali ya? Pikir Kururi. “Yumi mau kemana?” Tanya Kururi. Tanpa menjawab pertanyaan Kururi, Yumi menarik tangan Kururi sangat kuat. Benar-benar kuat sampai tangan Kururi terasa sakit dan ia pun tak mampu menarik tangannya sendiri. Setelah lama berlari, Kururi pun mulai merasa lelah, capek. Anak ini mau membawaku kemana? Pikir Kururi. Ketika Kururi masih melamun, tiba-tiba Kururi melihat ada nenek-nenek yang mengikuti mereka. “Onee-chan, panaaass” kata Yumi tiba-tiba.

"Eh? Apa? Panas ya?” sontak Kururi kaget.

“Panas onee-chan…” seru Yumi kembali seperti hampir menangis. Wajahnya sudah memerah. Sepertinya Yumi memang kepanasan. Kururi pun segera memberikan topi SOXnya itu kepada Yumi.

“Gimana? Sudah lumayan?” Tanya Kururi ramah.

“Umh! Yuk, onee-chan!” Yumi menarik tangan Kururi kembali.

“Kita coba wahananya saja yuk! Onee-san capek lari terus”

Entah permainan apa saja yang sudah mereka main. Kururi merasa hampir semua wahana yang ada telah mereka mainkan. Mereka juga membeli gulali, duduk di pinggir kolam sambil melihat ikan-ikan yang ada. Sesekali Kururi melihat nenek itu lagi berada di belakang mereka dan terus mengikuti. Kururi sudah sangat lelah. Mereka tidak ada hentinya bermain. “Onee-chan! Kita coba itu yuk!!” seru Yumi semangat sambil menunjuk salah satu wahana. Lagi.

“Sebentar Yumi! sampai kapan kita mau bermain?!” lagi-kelamaan emosi Kiara pun naik (emang dasarnya Kururi orangnya emosian) “ONEE-SAN CAPEK YUMI! CAPEK!” bentak Kururi keras. Hening beberapa saat. Ya ampun aku lepas kendali! Aduh.. apakah dia akan menangis. Ah.. aku memang bodoh! pikir Kururi dalam hati. Tapi.. tak ada reaksi apapun dari Yumi.. dia hanya diam. Yumi menunduk tanpa bicara apapun. Lagi-lagi Kururi melihat wanita tua itu. Kelihatan jelas wanita itu menjaga jarak dari mereka. Nenek itu lagi! Apa dari tadi nenek itu mengikuti kami? Sudahlah, yang terpenting aku harus minta maaf pada Yumi.  Ketika Kururi hendak ingin meminta maaf, tiba-tiba Yumi berbicara dengan suara sangat pelan sehingga Kururi tidak jelas mendengar. “Semuanya jadi hitam” bisik Yumi masih menunduk.

“Hah? Yumi bilang sesuatu?”

“Semuanya jadi hitam. Teman-teman, bibi penjual coklat…” bisik Yumi sangat pelan.

“Yu.. Yumi..?”

“Hari itu onee-chan berjanji akan membelikan Yumi coklatnya bibi sebagai hadiah ulang tahun Yumi.. Yumi sudah menunggu lamaa sekali. Tetapi one-chan tidak juga datang. Tiba-tiba, semuanya menjadi silau. Ketika Yumi sadar, semuanya hitam.. hi.. hitam…” Yumi masih menunduk. Kururi semakin tidak mengerti. Sebenarnya apa yang dibicarakan Yumi? Apa maksudnya semuanya menjadi silau dan hitam?.

Kururi melihat nenek yang sedari tadi mengikuti kami mendekat membawa bungkusan plastik. “Ayumi…. Ayumi-chaaann…” panggil nenek itu lembut. Yumi terlihat sangat kaget dan menoleh. Saat itu juga nenek itu mengeluarkan sesuatu dari bungkusan itu. Sebuah coklat. Yumi pun menerimanya dengan mata berbinar-binar. “Suzu Onee-chaann… Arigatou nee2.” Dari suara Yumi terdengar dia sangat senang seolah-olah inilah yang ia tunggu selama ini. Nenek itu pun langsung memeluk Yumi.

“Sekarang, pergilah dengan tenang Ayumi. Onee-chan selalu menyayangimu. Pergilah..” kata nenek yang ternyata bernama Suzu. Yumi pun tersenyum sangat manis. Perlahan-lahan tubuh Yumi memudar dan lama-kelamaan menghilang. Kururi hanya bisa melihat semua kejadian itu dengan bingung. Tidak mngerti apa yang sebenarnya terjadi.

"Anu... Sebenarnya apa yang telah terjadi?” Tanya Kururi. Dia benar-benar bingung sekarang.

“Kau sangat mirip denganku sewaktu aku muda, nak. Mungkin Yumi salah mengira kau adalah aku.” Jawab Nenek Suzu.

“Maksud anda?”Kururi semakin bingung.

“Baiklah, akan ku jelaskan. Lihat ini.” nenek itu mengeluarkan sebuah foto yang diselipkan di dalam dompetnya. Betapa terkejutnya Kururi melihat wajah yang ada di foto itu. Nenek yang bernama Suzu itu sangat mirip dengannya.

Nenek Suzu hanya tersenyum dan mulai menjelaskan, “Ayumi adalah korban dari bom atom Hiroshima. Saat itu aku berjanji padanya akan membelikan coklat sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke delapan sebelum berangkat sekolah. Tetapi banyak hal yang harus aku lakukan sebelum aku berangkat. Ayumi pergi lebih dulu ke tempat bibi penjual coklat. Aku yakin Ayumi menunggu sangat lama. Ketika aku sudah menyelesaikan semua pekerjaanku, aku bergegas pergi. Namun aku terlambat… bom itu jatuh dan meledak menewaskan Ayumi.” Terdengar isakan tangis dari nenek Suzu. Terlihat jelas dia sangat menyayangi Yumi. “Terima kasih nak.. berkatmu juga aku bisa menepati janjiku. Sekali lagi terima kasih!” nenek Suzu membungkuk dalam-dalam.

“A.. Ah! Sama-sama. Ta.. tapi sebenarnya saya tidak melakukan apapun. Sa..saya malah sempat membentaknya.” Kururi jadi gelagapan melihat nenek Suzu membungkuk seperti itu. Nenek Suzu hanya tersenyum dan pamit pulang. Kururi pun melambaikan tangan. Lalu berdiri termenung. Melihat nenek Suzu yang sangat menyayangi adiknya, dia mulai berpikir. Apa aku pernah sebaik Suzu-san kepada saudaraku? Suzu-san begitu menyayangi Ayumi. Aku? Baru menunggu aja udah ngedumel, pikir Kururi. Mungkin sebaiknyaaa.. aku..

“Hoooooiii!! Kururiiii!! Sedang apaaaa?” terdengar tertiakan keras dari belakang. Ternyata itu adalah suara kakaknya. Ternyata kakak dan adiknya sudah selesai bermain.

“Ah! Onee-chan, Yuki-chan sudah selesai? Mau pulang?” Kururi yang tiba-tiba berubah menjadi sangat lembut membuat kakak dan adiknya terheran-heran. “Ayo kita pulang. Sudah hampir malam. Okaa-san3 pasti marah kalau kita pulang terlalu larut”. Kururi pun mengandeng kedua saudaranya itu pulang.

“Kuru-chan? Kau sakit?” Yuki adiknya memegang kening kakaknya, “tidak demam. Onee-chan, apa yang terjadi dengan Kuru-chan?”. Sang kakak hanya bisa angkat bahu pertanda ia juga tidak tahu. Kururi hanya tersenyum dan berjalan ke arah parkiran tempat mereka memarkirkan mobil mereka.

Keterangan :
1 panggilan untuk kakak perempuan di Jepang
2 terima kasih
3 ibu dalam bahasa Jepang
 ***
yaahh.. itu dia cerpenku bener-bener cerpen pertama ._.
masih jelek ya? hehehe.. jadi malu .///.

7 komentar:

  1. yap, sedikit banyak bisa sekalian belajar bhs. Jepang nih.hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh? ehehehe.. tapi bahasa jepangnya juga cuma yang sederhana aja.
      btw, ada kritik dan saran?:3

      Hapus
  2. hei,aku mengingat sesuatu cha,
    cerita miiko sama tappei di hiroshima -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang si tappei mirip sama abang anak kecil yang mati kena bom hiroshima, terus anak kecil itu di kasih 3 eskrim sama miiko~
      btw,kaliamt in agak rancu deh cha..
      "Lagi-lagi Kururi melihat pria tua itu. Kelihatan jelas pria itu menjaga jarak dari mereka. Nenek itu lagi! Apa dari tadi nenek itu mengikuti kami? Sudahlah, yang terpenting aku harus minta"
      pria tua?kok pria cha? ehehe
      eh, sori aku banyak kali ngomeng ya -__-

      Hapus
    2. haha gapapa.. itu slah tulis..
      mayad tau buku semoga bunda disayang Allah??
      aku seperti itu mad :)

      Hapus
    3. ku tulis aja ya aku terinspirasi dr itu?? biar ga dimkira plagiat

      Hapus