Senin, 24 Desember 2012

Time Machine #2


neee.. maap lama updetnyaaaa -3-
karena kemaren nginep di rumah temen jadi ga sempet updet ni cerita. hehehe.. kalo gitu.. happy reading!

***
“Ugh.. ini dimana?” desah Leny. Leny celingak-celinguk ke segala arah. Mereka berada di hamparan tanah kosong, tak ada apa-apa. Benar-benar tidak ada apa-apa. Tak ada pohon, rumah, manusia, bahkan semut saja tidak ada. Leny bergeser sedikit dari tempat duduknya. Ketika tangannya bergeser sedikit ke belakang, ia menabrak sesuatu. Leny langsung melihat ke belakang. Di sana ada Ryu yang tergeletak dan tidak bergerak. “Ryu?” Leny mencoba membangun Ryu dengan memukul pipinya. “Hey Ryu! Bangun!!” Leny semakin keras memukul pipi Ryu. Namun Ryu masih tidak bergeming. “Ryu! Banguuuunn!!” Leny menggoncang-goncang tubuh Ryu. Ya ampun jangan-jangan.. “Ryuuu!! Ryuuuuu!! Jangan Tinggalin aku sendiri! Ryuuuuuuuu!! Huhuhu” Leny memeluk Ryu dan menangis kencang.

“Hooii begoo.. aku nggak apa-apa. Bajuku basah ni kalo kau nggak berhenti nangis!!”

“R.. Ryu?” Leny langsung melepas pelukannya. Sontak wajahnya memerah. “Untunglah kau sadar” kata Leny sambil menghapus air matanya.

“Kenapa? Kau takut kehilanganku yaa?” Ryu mulai menggoda.

“Nggak!! Kalo kau mati di sini. Bagaimana nasib ku?? Dasar bodoh! Masa aku harus sendiri di sini? Mana aku nggak tau lagi ini dimana!!” jawab Leny langsung.

“Ugh..” Ryu bangkit sambil memegang kepalanya yang sedikit pusing. Tiba-tiba..

“Hei kalian!” seru seseorang dari belakang. Serentak Leny dan Ryu menghadap kebelakang. Betapa terkejutnya mereka melihat seekor kucing berwarna abu-abu dengan payung kecil di kepalanya, memegang sebuah kuas yang besarnya hampir sama dengan tubuhnya. Yang membuat mereka terkejut adalah… Kucing itu TERBANG!

“Kyaaaaaa!!” jerit Leny. Ryu langsung maju ke depan Leny dan melindunginya.

“Tidak sopan, neko!” gerutu si kucing aneh.

“Kau.. kau siapa?!” tanya Ryu.

“Harusnya aku yang bertanya begitu, neko. Kalian ini siapa, neko?” tanyanya balik.

“Ka.. kami.. kami..”

“aaaahhh.. Sudahlah, neko. Aku sudah tahu kalian pasti dari dunia nyata, neko.”

“Maksudmu, ini tidak nyata?!” Leny mulai berani membuka suara.

“Aduh.. bagaimana ya, neko? Kalian masuk ke dunia game!” jelas kucing aneh itu singkat, padat, tapi masih penuh tanda tanya. “Sebelumnya, perkenalkan, namaku Neko. Aku kucing yang diciptakan untuk memandu permainan ini. Sebenarnya kalau kalian tidak masuk kemari, kalian akan melihatku diawal permainan. Haaahh.. ini pasti ulah Donkeke. pantas aku merasa ada yang aneh beberapa hari ini, neko” Neko mengomel sendiri “ngomong-ngomong nama kalian siapa, neko? Bagaimana kalian bisa kemari, neko?”

“Kami nggak tau. Awalnya kami cuma ingin main game sama-sama. Tiba-tiba… ada cahaya yang keluar dari dalam ponsel, begitu tersadar kami sudah sampai di sini. Tapi.. siapa itu Donkeke?”

“Sudah kuduga. Donkeke adalah murid perancang game ini, neko. Kami memanggilnya Master. Donkeke merupakan murid kesayangan Master, neko. Ia sangat pintar dan hebat dalam merancang dan membuat berbagai game. Ia juga sering diajak Master untuk bekerja sama membuat berbagai game untuk perusahaan penting, neko. Namun ntah kenapa.. lama kelamaan Donkeke berubah. Ia lebih banyak menyendiri di laboratorium tempat membuat program. Hingga suatu hari ia membuat sebuah game, neko. Sebuah game petualangan sederhana, neko. Awalnya tidak ada yang mencurigainya. Hingga suatu saat..” ucapan Neko terhenti sejenak, “seorang anak yang memainkan game itu masuk ke.dalam permainan, neko.”

“Seperti kami? Bagaimana caranya?” tanya Ryu penasaran.

“Ntahlah, neko. Aku juga kurang tahu.”

“Lalu bagaimana nasib anak itu?” kali ini Leny yang bertanya.

“Dia berhasil kembali berkat usaha Master, neko. Namun anak itu sangat shock. Butuh waktu 2 bulan, neko, untuk mengembalikan anak itu ceria kembali. Master sangat marah, neko! Saat itu mereka sedang merancang game Time Machine ini. Master mengurung Donkeke ke dalam game ini, neko, sebagai perlajaran untuknya yang telah membahayakan nyawa anak-anak, neko.”

“Lalu bagaimana kami bisa masuk?” tanya Ryu.

“Donkeke pasti yang menarik kalian masuk, neko. Ia marah telah dikurung di sini, neko. Aku tidak tahu bagaimana ia membuatnya.”

“Lalu bagaimana nasib kami? Apa kami akan terjebak di sini selamanya?” tanya Leny.

“Aku juga tidak tahu, neko. Dalam permainan ini, kalian akan bertemu dengan Donkeke di final game. Dia adalah bos atau musuh terbesar dalam game ini, neko” jelas Neko “menurutku, kalian harus memainkan game ini, dan bertemu Donkeke di final game, neko. Dengan begitu kalian dapat kembali ke dunia kalian, neko.”

Mereka berdua terdiam. Sama-sama berpikir apa yang harus mereka lakukan. Tiba-tiba, langit di dalam game menjadi gelap. Awan gelap bak kapas berwarna abu-abu gelap menutupi langit. Udara menjadi dingin dan dinginnya terasa sangat menusuk. Tubuh Leny gemetar ketakutan. Tiba-tiba terdengar suara tertawa ntah dari mana asalnya. “Huahahaha.. akhirnya! Akhirnya kalian datang juga! Huahahaha..”

“Siapa itu?!!” seru Ryu sambil mencari-cari sumber suara.

“I.. ini suara DONKEKE!!” jerit Neko.

“Ternyata kau, kucing aneh! Tapi sudahlah, aku tidak punya urusan denganmu. Kalian! Manusia dari dunia nyata, selamat datang di duniaku! Kalian akan terjebak di sini sama sepertiku! Hahaha..”

Tubuh Leny bergemetar semakin menjadi-jadi. Air matanya mulai mengalir di pipi. Melihat itu, Ryu langsung memegang tangan Leny. “Hey kau! Kembalikan kami ke dunia kami!!” bentak Ryu.

“Hahaaaa.. kau pikir aku mau? Tidak akan!! Huahahaha”

“Ka.. kau!! Jika aku berhasil mengalahkanmu dan memenangkan game ini, kau harus mengembalikan kami ke dunia nyata! Bagaimana? Kau berani bertaruh?”

“Huahaha bocah sombong! Baiklah. Aku terima tantanganmu. Aku tunggu kau di level akhir. Hahaha… tapi sebagai gantinya, jika kalian kalah… kalian tidak akan pernah lagi melihat teman-teman dan keluarga kalian! Fufufu.” Donkeke tertawa sombong. “Sebelumnya aku peringatkan kepada kalian. Berhati-hatilah kalau kalian tidak ingin mengubah sejarah. Huahahahaha…”

“HEI! TUNGGU!!” jerit Ryu. Wuuussshhh.. tiba-tiba angin bertiup kencang. “Ugh..” Ryu dan Leny kesulitan menahan angin. Neko bahkan sampai terbang tak tentu arah. Hingga beberapa detik kemudian angin mereda. Awan hitam pun mulai menghilang dan berganti dengan cahaya matahari yang menyilaukan.

“Ta.. tadi dia bilang apa? Berhati-hatilah kalo nggak ingin merubah sejarah? I.. itu artinyaa…” Leny berkata terputus-putus karena tubuhnya masih bergetar ketakutan.

“Artinya kita tidak sedang bermain game biasa!” jawab Ryu tegas.

“Ba.. bagaimana ini Ryu?” tanya Leny.

“SIAL! Ugh..” Ryu mengacak-acak rambutnya. “Kita tetap harus memainkan game ini dan mengalahkannya, Len! Kalo nggak, kita nggak bisa pulang dan akan di sini selamanya!” jawab Ryu.

“Tapi aku.. aku takut..”

 “Tenang saja.. kan ada aku!” Ryu memukul dadanya sombong

 “Sudahlah tenang saja. Yang penting kita kembali ke dunia kita. Dan aku berjanji akan membawamu kembali!” Ryu tersenyum nyengir sambil mengacak-acak rambut Leny. Mendengar perkataan Ryu, senyum Ryu, sontak wajah Leny memerah. Ya ampun, kenapa mukaku jadi panas. Ada apa ini?, pikir Leny.

“Neko, tolong jelaskan peraturan game ini!” seru Ryu

“Kalau sudah seperti ini aku tidak tahu, neko! Kalau dalam permainan biasa, kalian harus memecahkan permasalahan yang ada di setiap waktu dan tempat yang akan kalian datangi, neko.”

 “Humm.. apa kami nggak mendapatkan kemampuan atau kekuatan tersendiri? Bagaimana kami bisa mengalahkan lawan kalau kami tidak punya kekuatan?” tanya Ryu.

 “Hey, Ryu! Ini bukan game pertarungan!” Leny memukul pundak Ryu. “Kau terlalu banyak main game pertarungan dan petualangan sih. Hahaha” Leny mulai ceria. Dia juga sudah tidak gemetar lagi.

Melihat Leny yang sudah bisa tertawa, Ryu tersenyum, “Hehehe.. mana tau gitu”

“Aku tidak tahu kalau sudah begini , neko” jawab Neko sedih. Ia merasa bersalah karena tidak tahu apa-apa sejak Donkeke mengubah sistem permainannya. “Aku hanya tahu peraturan game yang biasa, neko, hiks.”

 “Tak apa Neko! Yang penting kami bisa pulang.” Jawab Leny

“Nah, kalian siap? Ayo kita mulai permainan ini, neko.” Nekopun menggoyangkan kuasnya. Tiba-tiba… muncul sebuah pintu yang mengeluarkan cahaya yang menyilaukan (tapi bukan pintu kemana saja).

 “Ugh.. lagi-lagi cahaya!” kata Ryu kesal. Sepertinya ia jadi membenci cahaya yang menyilaukan sejak tragedi pertama. Leny memegang lengan Ryu dengan kuat. “Tenang saja. Kita pasti bisa kembali” kata Ryu ntah kenapa membuat hati Leny lebih tenang. “AYOOOO!!!!” seru mereka.
***

ahh.. sedikir mau cerita mengenai dibalik layar Time Machine ini..u.u
aku bingung mau biki nama musuhnya siapa >__<
bagi kalian yang pernah nonton anime yang ada di space toon (aku sendiri lupa judulnya) tentang masak-masak gitu deh.. yang masakannya di masukin ke card trus bisa berubah memiliki wujud trus bertarung sama musuh. yang ituuu..
aku yakin.. kalian pasti ketawa liat nama "donkeke". hehehe.. aku udah berpikir keras untuk nama musuh besarnya..
ini nih yang terjadi waktu mikir nama musuh, 
aku duduk di depan laptop dan terdiam ketika bagian "ka.. kaa.. apa yaaa?? karasuma? eh! itu kan kamichama karin!! aaahh.. apalagi ya? rii.. rii.. ti apaan! (-_-)" terdiam lama ._.
"eh.. Donkeke?"o.o ntah kenapaaa.. setelah nama Donkeke aku nggak kepikiran lagi nama yang lain.
Daaaannn.. jadi deh nama make nama Donkeke -__-

sekian ksruh di balik layar Time Machine. ikuti terus ceritanya yaaa :D

2 komentar:

  1. cara baca 'donkeke' itu gimana? e nya orang batak apa e nya yang satu lagi -_- aku ga tau bacanya T_T

    BalasHapus
    Balasan
    1. nyahahaha bacanya gini, don-ke-ke. 'e' nyak kayak orang batak. wahahaha..sumpah aku ketawak pas baca komen kau mad XD

      Hapus