Minggu, 16 Desember 2012

Time Machine #1

udah lama aku pengen buat cerita tentang mesin waktu. hehehe.. ini juga cerita bersambung pertama, setelah cerpen "Senja di Taman Bermain Hiroshima". Happy Reading~

 ***

“Sudah jam berapa ini kau baru pulang?!” terdengar jeritan suara seorang perempun dari luar.
“Sudah ku bilang aku sibuuukk!! Apa kau tak bisa mengerti?” kali ini suara laki-laki.
"oh.. sibuk ya? Setiap hari?! Setiap hari sibuk?!!!”
Jeritan demi jeritan terus terdengar. Leny yang ada di dalam kamarnya hanya mampu menutup telinganya di balik bantal. Kejadian ini sering terjadi. Tapi… ia terlalu takut untuk keluar dan menghentikan jeritan-jeritan itu walaupun sebbenarnya ia sangat ingin. Dan kali ini pun.. Leny hanya sembunyi di balik bantal dan menangis.

***
“Len! Leny! Lenyyyy!!”

Lamunan Leny langsung buyar mendengar seseorang memanggil namanya. “Ah? I,, iya. Ada apa Ryu?” jawabnya. Ya, itu Ryu. Teman sebangkunya sekaligus temannya sejak SD. Ntah kenapa, sejak SD sampai SMA, mereka selalu 1 sekolah. Ryu merupakan salah satu cowok terganteng di kelas mereka. Ryu adalah anak blasteran Jepang-Indonesia. Dia memiliki wajah yang bisa dibilang (ehm) cakep, dengan model rambut yang sedikit panjang dan sedikit berponi, ia menjadi sangat mirip dengan cowok-cowok cakep yang ada di anime. Ryu juga memiliki postur tubuh yang tinggi dan ini menambah nilai plus Ryu sebagai cowok ganteng di kelasnya. Wajar saja, cewek-cewek di kelas mereka pada iri dengan Leny.
“Kau kenapa? Dari tadi ku lihat kau cuma melamuuuuunnn aja. Something wrong?” tanya Ryu.
“Hm.. tak apa. Aku baik-baik aja kok” Leny pun tersenyum untuk menghilangkan kekhawatiran sahabatnya itu.
“Hmm..” jawab Ryu singkat.
Tiba-tiba saja, seorang cewek datang ke meja mereka. Itu Miya. Salah satu cewek paling heboh di kelasnya. “Weeyy.. kalian tau gak? Akhir-akhir ini ada aplikasi di ponsel yang lagi tren lohh!!” serunya seperti biasa. Heboh.
“Aplikasi apaan?” jawab Ryu santai.
“Kalo nggak salah namanya Time Machine. Kayak game gitu katanya. Tapi aku denger orang-orang belum ada yang bisa menangin ntu game. Keren yak!"
“’kalo nggak salah’? ‘katanya’? kau ini sebenarnya tau nggak sih aplikasinya?” tanya Ryu. Leny hanya tertawa kecil. Dasar Ryu. Miya kan orangnya memang begitu. Hanya tertarik dengan kehebohan dan ketenarannya saja. Tanpa melihat apa yang sebenarnya terjadi.
“Ih.. mana aku tau! Emang aku ada bilang aku maenin itu game? Nggak kan?!” jawabnya sewot.
“Boleh tu gamenya. Aku mau” akhirnya Leny membuka suara.
“Dodi punya tuh!” Miya menunjuk anak berkacamata yang lagi asyik dengan dunianya sendiri di sudut kelas.
“Dodi, aku minta gamenya dong”
“Tuh di ponselku!” jawab Dodi singkat sambil menunjuk ponsel yang ada di meja.
“Thanks”Leny pun mengambil ponsel itu dan mulai mengirim game tersebut. Lumayan buat ngilangin bosen di rumah kalo mama sama papa nggak ada, pikirnya. Papa.. Mama.. Lagi-lagi Leny melamun. Tanpa ia sadari, dari tadi, ada seseorang yang terus memperhatikannya.

***

"Assalamu'alaikum. Leny pulaaaang. Maaa??" jerit Leny.
"Eh? Non Leny. Nyonya lagi keluar, non. Non Leny laper? Bi Nuri buatin soto kesukaan non" jawab Bi Nuri, pembantu di rumah Leny. Bi Nuri seperti biasa. selalu ramah, murah senyum. Bi Nuri sangat sayang dengan Leny. Leny sudah dianggapnya sebagai anaknya sendiri. Bagaimana tidak? sejak Leny masih menggunakan popok, bi Nuri sudah merawat Leny.
Leny tersenyum, "Nanti aja bi. Leny belum laper" tolaknya sopan. Ia langsung berlalu menaiki ke kamarnya. Buat apa aku sedih? Toh ini sering terjadi. Leny pun mengganti seragamnya dengan baju rumah. Leny langsung menggambil ponselnya. Mending maen game yang tadi. Belum sempat Leny membuka menekan tombol 'play', tiba-tiba terdengar suara bel pintu rumah. Siapa?, pikir Leny. Ting tong! Ting tong! "Biiiiii.. ada tamu tuhhhh!!" jerit Leny. Tak ada jawaban. Kemana bi Nuri? "Haaaaahh.." Leny bangkit dengan malas-malasan. Ting tong! "Iyaaaaa bentaaaaarr!!!" jawab Leny "nggak sabaran banget" Leny pun membuka pinta rumahnya.
"Yo, Len!!"
"R.. Ryu?" Leny sangat kaget. Biasanya Ryu bilang dulu kalau dia mau datang. "Ada apa? biasanya bilang ato sms dulu sebelum dateng."
Ryu tersenyum. Ryu langsung nyelonong masuk ke dalam (padahal belum diizinin masuk -_-) "Hmm.. Nggak apa-apa. Aku cuma mau diskusi PR sama dirimu. Btw, game yang dibilang si Miya udah kau mainin?"
"Oh, itu tepat saat kau datang, aku mau mainin. Mau main bareng? PRnya ntar aja kerjainnya. Males banget niihh"

"Boleh. Aku juga udah minta sama Dodi ntu game". Tanpa ba bi bu, Ryu langsung nyelonong ke dapur. "Wuiiihh.. soto! Kebetulan banget aku belum makan. Minta yaaa!!" Ryu langsung duduk di meja makan dan mengambil piring.
"Ambil aja. Walaupun aku bilang nggak boleh kau juga bakal tetep makan ntu soto!" jawab Leny. Leny menarik salah satu kursi dan duduk di samping Ryu.
"Hehehe. Bentar aja aku makannya. Jamin deh...!" Dan bener! Ryu makan sangat cepat sampai Leny tertawa. Leny tidak menyadari, Ryu sedari tadi memperhatikannya. Ryu pun tersenyum.
"Okaaaaaayyy!! Kenyang beuuudd!! Yaudah, langsung aja buka ntu game" kata Ryu sambil mengeluarkan ponselnya dari kantong celana jinsnya.
"Uhm!" Mereka pun membuka game 'Time Machine' di ponsel mereka masing-masing. Setelah memilih tingkat kesulitan, tanpa disengaja, mereka menekan tombol 'play' secara bersamaan. Tiba-tiba saja, ponsel mereka mengeluarkan cahaya yang menyilaukan!
"Uhm!" Mereka pun membuka game 'Time Machine'. Tanpa disengaja, mereka menekan tombol 'play' secara bersamaan. Tiba-tiba.. muncul cahaya yang sangat menyilaukan dari ponsel mereka
"KENAPA NIIHHH??!! UGH!!" jerit Ryu.
"NGGAK TAU!! AH!!"
"AAAAAAHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!" mereka berdua masuk ke dalam ponsel.

***

Mau tau kelanjutan nasib Leny dan Ryu? apa yang sebenarnya terjadi? tunggu kelanjutanyaaa~~ ^^

4 komentar:

  1. dan apa yang terjadi? mereka terjebak di dunia game, di dunia digital, atau kemabli ke masa lalu ato masa depan....haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha cha jg belum tau :q
      kak, gimana cara buat banner kyk AADP itu? ajarin dong kak '3'

      Hapus
  2. cepat lanjutin!!! udah ga sabar nih! 3:|

    BalasHapus